LAPORAN HASIL OBSERVASI LINGKUNGAN ANALISIS PERAN HUTAN KOTA MALABAR SEBAGAI PENGHASIL OKSIGEN KOTA MALANG (Bagian 2)
- Palem
- Tata Nama
Palem adalah tanaman
hias yang
bersifat kosmopolitan, keberadaannya ditemukan di daerah tropis dan
subtropis, di dataran rendah dan tinggi, di pegunungan dan di pantai,
di tanah yang subur dan gersang. Secara Umum, Klasifikasi Tanaman
Palem adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledonae
Keluarga : Aracaceae
(Palmaceae)
Genus : Mascarena
Cyrtostachys, Roystonea
Spesies : Ravenea
sp.
(palem putri);
Mascarena lagenicaulis atau
Hyophorbe
lagenicaulis (palem
botol), Cyrtostachys
lakka
(palem merah),
Roystonea sp.
(palem raja)
(Depmenegristek,2000).
- Deskripsi Botanis
Palem merupakan
tumbuahan monokotil (berkeping satu) yang berbatang tunggal (gambar
1a) maupun berumpun (gambar 1b). tinggi batangnya sangat bervariasi,
mulai dari yang tidak bercabang/stemless (Gambar 1c) sampai dengan
ketinggian 50 m. Berdasarkan tinggi batang, palem dapat digolongkan
sebagai palem yang berupa pohom tinggi ( < 10 m), pohon sedang ( 2
– 10 m) maupun semak (2m). Batang palem ada yang tumbuh tegak
adapula yang merambat pada pohon lain sebagai liana, bentuk yang
demikian terutama dari jenis – jenis rotan (Gamba 1d). Pada umumnya
jenis – jenis palem tidak bercabang,kecuali jenis – jenis
Hyphaene
(
Gambar 1e) dan kadang – kadang Dhypsis
yang
menghasilkan percabangan ( Hanan, dkk , 2000).
Gambar
1. : Penampakan (Habistus) (Sumber : Uhl & Dransfield, 1987)
Bentuk batang palem
sangat bervariasi, mulai dari silinder seperti Pritchardia,
Palem Aleksander/Archontophoenix
(
Gambar 2a), membesar pada bagian pangkal atau tengah batang seperti
palem raja/Roystonea
( Gambar 2b),berbentuk seperti botol seperti Palem Botol/Hyophorbe
(Gambar 2c), akar akan tampak diatas tanah seperti Drymophelous,
Verschafelltia (Gambar
2d), maupun perakaran yang meluas di atas permukaan tanah, seperti
palem kurma/Phoenix
(Gambar
2e). Bentuk permukaan batang palem juga bervariasi , ada yang
berduri, licin, ropic pula yang kasar (
Hanan,dkk,2000).
Gambar
2 : Bentuk Batang (Sumber : Uhl & Dransfield, 1987)
Daun Palem memiliki
daun majemuk yang ukuran dan bentuknya bervariasi. Daun palem
tersusun atas pelepah (Gambar 3a), tangkai daun (Gambar 3b), tulang
daun ( Gambar 3d), dan helai daun (Gambar 3d). Rangkaian dari pelepah
daun ada yang membentuk pelepah, seperti Pinang Merah (Crytostachys
renda),Pinang
(Pinagga
spp) da nada pula yang tidak, seperti kelapa (Cococs
nucifera),
Palas (Licuala
spp). Bentuk tangkai daun bervariassi mulai dri bentuk silinder,
rata, cembung, maupun cekung. Posisi bagian tepi ada yang berduri ada
pula yang tidak. Tulang daun ada yang panjang da nada pula yang
pendek. Bentuk daun bermacam – macam, mulai dari yang menyirip
(Gaambar 4a), utuh (Gambar 4b), helaian daun utuh dan membentuk celah
pada bagian ujung (Gambar 4c), kipas (Gambar 4d), Kapas memanjang (
Gaambar 4e), maupun menyirip ganda (Gambar 4f) (Hanan,dkk,2000).
Gambar
3 : Bagian Daun (Sumber : Uhl & Dransfield, 1987)
Gambar
4 : Bentuk Daun (Sumber : Uhl & Dransfield, 1987)
Perbungaan pada
palem berkaitan erat dengan siklus hidupnya. Palem menghasilkan
Perbungaan pada ujung batang(Corypha)
(Gambar 5a) merupakan palem yang bersifat hapaksantik (setelah
berbunga dan berbuah lalu mati). Berdasarkan posisi tumbuhnya
perbungaan selain di ujung batang, perbungaa ada yang tumbuh diantara
daun (Interfoliar) yang makin ke atas Perbungaan makin muda (Gambar
5b), interfoliar yang makin ke atasa makin tua (Basipetal) (Gambar
5c) maupun pada ruas batang dibaah tajuk pelepah (Gambar 5d). Bentuk
Perbungaan bermacam- macam ada yang bercabang – cabang (Gambar 5e)
ropic pula yang tidak bercabang (Hanan,dkk,2000).
Gambar
5 : Perbungaan (Sumber : Uhl & Dransfield, 1987)
Buah Palem
bervariasi baik bentuk, warna maupun ukurannya. Bentuk buah palem
dapat dilihat pada gambar 6. Jumlah biji yang terdaat pada buah yang
bervariasi, pada umumnya berbiji satu sampai tiga. Bentuk biji palem
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tropic (Gambar 7a) dan
memamah (Gambar 7b) (Hanan,dkk,2000).
Gambar
6 : Bentuk Buah (Sumber : Uhl & Dransfield, 1987)
Gambar
7 : Bentuk Biji (Sumber : Uhl & Dransfield, 1987)
- Penyebaran dan Habitat
Palem termasuk suku
tumbuhan yang memiliki jumlah jenis yang tinggi. Di dunia
diperkirakan terdapat 2008 jenis, yang terdiri atas 200 marga. Palem
memiliki daerah penyebaran yang luas mulai dari daerah
tropic,subtropik, sampai daerah yang memiliki 4 musim (temperature).
Palem tudak dapat tumbuh pada daerah yang ekstrim dingin atau panas.
Di daerah padang pasir, palem dapat tumbuh dengan baik jika di dalam
tanah terdapat aliran air yang dekat dengan permukaan tanah. Sebagian
besar jenis – jenis palem terdapat di daerah tropika, baik Asia,
Afrika, maupun Amerika Selatan. Penyebaran palem di dunia terdapat
pada daerah 580
LU di Skotlandia sampai 440
LS di Seladia Baru (Hanan,dkk,2000).
Indonesia meruakan
pusat keanekaragaman palem dunia. Dari 2.800 jenis Palem dunia, 576
jenis diantaranya (46 marga) terdapat di hutan – hutan alam di
Indonesia. Dari 576 jenis,216 jenis diantaranya (29 marga) merupakan
hutan palem endemik. Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah
mengingat masih luasnya daeraah yang belum diinvestarisasikan
keanekaragaman palemnya. Palem memiliki toleransi ekologi yang cukup
luas mulai dari hutan rawa,hutan bakau, hutan dataran rendah sampai
hutan – hutan di dataran tinggi. Palem juga dapat tumbuh dengan
baik pada berbagai tipe tanah mulai tanah berpasir,tanah gambut,
tanah kapur, sampai tanah berbatu dengan berbagai tingkat kemiringan,
mulai tanah datar, tanah yang berbukit,sampai tanah yang terjal di
pegunungaan. Sebagian besar palem tumbuh pada daerah yang basah
dengan kelembaban udara,suhu, dan curah hujan yang tinggi. Keadaan
ini merupakan ciri utama dari hujan hujan tropic, sehingga
keanekaragaman palem berpusat pada daerah tersebut. Palem pada
umumnya merupakan tumbuhan bawah ( understory) pada struktur hutan
hujan tropik (Hanan,dkk.,2000).
- Tanaman Asam Jawa (Tamarindus indica L.)
- Tata Nama
Tanaman Asam Jawa
yang bernama ilmiah Tamarindus
indica L.
memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
(suku polong-polongan)
Genus : Tamarindus
Spesies :
Tamarindus
indica
L.
Tumbuhan Asam Jawa
juga dikenal dengan nama Tamarindus
occidentalis Gaertn.
T.
Hook.,
T.
umbrosa Salisb
(Joker,2002).
- Deskripsi Botanis
Pohon Asam Jawa
mempunyai tinggi sampai 30 m dengan tajuk lebat dan menyebar, cabang
pendek. Panjang daun sampai 15 cm, duduk daun bergantian, daun
majemuk dengan 8 – 18 pasang anak daun, panjang anak daun 1 – 3,5
cm. Bunga kecil, kuning dengan coretan merah muda, berjumlah 5 – 10
dalam tangkai sepanjang 3 – 5 cm (Joker,2002)
.
Gambar
8 : Bunga, daun dan buah Asam Jawa ( Sumber : Verheij
EWM dan Coronel RE, 1991)
Buah berbentuk
polong
tidak merekah ketika kering, rapuh,panjang 5 – 15 cm, agak
melengkung dan membungkus biji. Terdapat 1 – 10 biji setiap polong,
dibungkus oleh daging buah yang lengket. Walaupun jenis yang selalu
hijau, pohon ini menggugurkan daun dalam periode singkat. Bunga
biasanya muncul sejalan dengan pertumbuhan daun baru, yang pada
kebanyakan daerah terjadi selama musim semi dan panas. Bunga mungkin
diserbuki serangga. Pembentukan buah terjadi selama musim hujan dan
masak 6 bulan sesudahnya. Pohon asam mulai menghasilkan buah umur 8 –
12 tahun dan terus berbuah sampai umur 200 tahun (Joker,2002).
- Penyebaran dan Habitat
Asal Usul Tanama
Asam Jawa tidak diketahui secara pasti, mungkin jenis asli savanna
kering Afrika tropis. Jenis ini dahulu diintroduksi ke Asia yang
menjadi tempat tumbuh sekarang, dan belum lama diintroduksi ke tropis
di belahan barat. Tumbuh baik di daerah semi kering dan iklim muson
basah, dapat tumbuh di kisaran tipe tanah yang luas. Dapat hidup di
tempat bersuhu sampai 47°C, tapi sangat sensitif terhadap es.
Umumnya tumbuh di daerah bercurah hujan 500 – 1.500 mm/tahun,
bahkan tetap hidup pada curah hujan 350 mm jika diberi irigasi saat
penanaman. Di daerah tropika basah bercurah hujan lebih dari 4.000
mm, pembungaan dan pembuahan menurun dengan jelas. Jenis ini
menghasilkan benih lebih banyak jika hidup di tempat dengan periode
kering yang panjang, berapapun curah hujan tahunannya (Joker,2002).
- Tumbuhan Bintaro (Cerbera manghas L.)
- Tata Nama
Tumbuhan Bintaro
yang memiliki nama ilmiah Cerbera
manghas L. mempunyai
klasifikasi ilmiah sebagai berikut :
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Bangsa : Contortae
Suku : Apocynaceae
Marga : Cerbera
Jenis : Cerbera
manghas L
Tanaman Bintaro
dikenal juga sebagai C.
lactaria
Ham ataupun C.
odollam
Gaertn. Taanaman bintaro dikenal berbeda dan sangat beragam , antara
lain bintan,buta – buta badak, goro –goro (Manado),kayu gurita,
kayu susu, manga brabu (Maluku), madang kapo (Minangkabau), bintaro
(Jawa dan Sunda), kenyeri putih (Bali), darli utama (Sangir), kadong
(Sulawesi Utara), lambuto (Ambon), dan goro – goro guwae (Ternate)
(Balittro,2011).
- Deskripsi Botani
Secara taksonomi,
tumbuhan yang diperbanyak dengan biji ini memiliki tinggi mencapai 10
– 20 m (Gambar 9a). Batang bintaro tegak berkayu, berbentuk bulat,
dan berbintik – bintik hitam. Kulit batang bintaro tebal dan
berkerak. Daun bintaro merupakan daun tunggal dan berbentuk lonjong,
tepi daun rata, ujung dan pangkalnya meruncing, pertulangan daun
menyirip,permukaan licin, dengan ukuran panjang 15 – 20 cm, lebar 3
-5 cm, dan berwarna hijau (Gambar 9). Daun Bintaro biasanya
berjejalan di ujung cabang. Bunga bintaro berwarna putih,berbau
harum,dan terletak di ujung batang ( Gambar 9c). bunga tanaman ini
merupakan bunga majemuk berkelamin dua, dengan panjang tangkai putik
2 – 2,5 cm. kepala sari bagian bunga berwarna coklat, sedangkan
kepala putiknya hijau keputih – putihan. Buah bintaro berbiji dan
berbentuk oval mirip dengan buah manga. Daging buah berserat dan
tidak dapat dimakan karena beracun (Gambar 9). Biji Bintaro berbentuk
pipih, panjang, dan berwarna putih (Gambar 9e). Akar tanaman ini
merupakan akar tunggang dan berwarna coklat. Seluruh bagian tanaman
bintaro mengandung getah berwarna putih seperti susu (
Balittro,2011).
Gambar
9 : Tumbuhan Bintaro (Cerbera manghas L.);a) pohon, b) daun, c)
Bunga, d) Buah , dan e) Biji
(
Sumber: Balittro,2011)
- Penyebaran dan Habitat
Pohon Bintaro
(Cerbera
manghas
L.) juga disebut sebagai pong
– pong tree atau
Indian
suicide tree,
termasuk dalam tumbuhan non pangan atau tidak untuk dimakan. Tanaman
ini termasuk mangrove yang berasal dari daerah tropis, yaitu Asia,
Australia, Madagaskar, dan Kepulauan Samudra Pasifik Bagian Barat. Di
Indonesia, bintaro juga terdapat di daerah Riau, lebih tepatnya di
Teluk Meranti dan Palawan. Tanaman bintaro banyak tumbuh di tepi
pantai, daerah payau, dan pekarangan rumah warga. Vegetasi tanaman
ini berbentuk pohon yang rindang dan buah berbentuk seperti bola.
Tanaman bintaro cukup populer sebagai tanaman penghijauan kota dan
daunnya yang rimbun, sangat cocok untuk peneduh ( Soesanthy,2011).
- Tanaman Bungur (Lagerstroemia speciosa PERS)
- Tata Nama
Tanaman Bungur yang
memiliki nama ilmiah Lagerstroemia
speciosa PERS
termasuk kedalam keluarga /family Lythraceae.
Tanaman Bungur juga di kenal dengan nama
L.
reginae Roxb., L. flos-reginae Retz., L. loudoni T. & B.,
Adanzbea glabra Lamk. Tanaman Bungur memiliki banyak nama daerah, di
daerah Sumatera dikenal dengan bungur (Melayu), bungur kuwal, bungur
bener (Lampung), bungur tekuyung (Palembang). Jawa: bungur (Sunda),
ketangi, laban, wungu (Jawa Tengah), dan bhungor, wungur (Madura)
(Heyne,1987).
- Deskripsi Botani
Pohon berukuran
besar kadang – kadang tingginya mencapai 45 m dan diameter
batangnya 150 cm, tetapi pada umumnya tingginya 25 – 30 m dan
diameter batangnya 60 – 80 cm. Batang bulat, berwarna cokelat muda,
biasanya agak bengkok tetapi pada tempat - tempat tumbuh yang baik
dan dalam tegakan yang rapat batangnya tumbuh lurus, beralur agak
dalam, percabangannya dimulai dari bagian pangkalnya (Gambar 10a)
(Heyne,1987).
Daun tunggal,
bertangkai pendek. Helaian daun berbentuk oval, elips, atau
memanjang, tebal seperti kulit, panjang 9-28 cm, lebar 4-12 cm,
berwarna hijau tua. Serat daun melingkar kearah ujung dengan jumlah
12 – 13. Pada bagian pangkal tangkai elastis memiliki lutut (Gambar
10b). Bunga majemuk berwarna ungu, tersusun dalam malai yang
panjangnya 10-50 cm, keluar dari ketiak daun atau ujung ranting.
Bungur berbunga 2 kali dalam satu tahun yaitu akhir Nopember –
Desember dan bulan Mei – Juni tetapi pernah dijumpai diluar musim
tersebut diatas ( Gambar 10c). buah bungur berbentuk bulat, ujungnya
runcing seperti jarum dengan panjang 0,3 mm. Buah bungur panjangnya
1,8 – 2,5 cm, diameternya 1,5 – 2 cm. Jika masih muda berwarna
hijau dan setelah masak berwarna coklat (Gambar 10 d.2). Buah masak
memerlukan waktu 3,5 - 4 bulan, bila berbunga bulan Nopember atau
Desember maka berbuah bulan Pebruari atau Maret dan bila berbunga
bulan Mei atau Juni maka berbuah bulan Agustus atau September. Buah
masak pada saat musim kemarau akan lebih cepat masak 15 – 20 hari
jika dibandingkan buah masak pada saat musim penghujan (Gambar 10
d.1) (Heyne,1987).
A
D2
D1
C
Gambar
10 : Tanaman Bungur (Lagerstroemia
speciosa PERS);
a) Batang, b) Daun, c) Bunga, d) Buah
(d1
: Buah Tua ; d2 : Buah Muda) ( Sumber : Syarah, 2010).
- Penyebaran dan Habitat
Bungur dapat
ditemukan di hutan jati, baik di tanah gersang maupun di tanah subur
hutan heterogen berbatang tinggi. Kadang-kadang, bungur ditanam
sebagai pohon hias atau pohon pelindung di tepi jalan. Di Jawa,
bungur dapat tumbuh sampai ketinggian 800 m dpl. Selain itu, bungur
banyak ditemukan pada ketinggian di bawah 300 m. Di Sumatera Selatan
bungur tumbuh di tempat yang pada musim hujan tergenang air namun
tidak sampai terjadi pembentukan gambut. Sama seperti di Jawa, Bungur
di Palembang juga tumbuh terpencar – pencar tetapi di Lampung
Bungur terdapat dalam hutan – hutan murni (Heyne,1987).
- Salak (Salacca edulis Reinw)
- Tata Nama
Tanaman salak dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Steenis, 1975; Tjitrosoepomo,
1988):
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Klas :
Monocotyledoneae
Ordo : Principes
Familia : Palmae
Genus : Salacca
Spesies : Salacca
zalacca (Gaert.)
Voss.
Sinonim : Salacca
edulis Reinw.
Masyarakat Deli,
Sunda, Jawa, Madura, Bali menyebutnya salak,
masyarakat Minang, Makasar dan Bugis menamainya sala,
sedang masyarakat Kalimantan menyebutnya hakam
atau
tusum
(Wahyuningdari,2000)
- Deskripsi Botanis
Tanaman salak
termasuk golongan pohon palem rendah yang tumbuh berumpun. Batang
hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang sangat
rapat. Batang, pangkalm pelepah, tepi daun dan permukaan buahnya
berduri tempel. Pada umur 1-2 tahun batang dapat tumbuh ke samping
membentuk beberapa tunas yang akan menjadi anakan atau tunas bunga.
Tanaman salak dapat tumbuh bertahun-tahun hingga ketinggiannya
mencapai tinggi 7 m (Wahyuningdari, 1992; Santoso, 1990).
Daun tersusun roset,
bersirip terputus, panjang 2,5-7 m (Santoso, 1990). Anak daun
tersusun majemuk, helai daun lanset, ujung meruncing, pangkal
menyempit. Bagian bawah dan tepi tangkai berduri tajam. Ukuran dan
warna daun tergantung varietas (Wahyuningdari,2000). Tanaman salak
termasuk tumbuhan berumah dua, bunga kecil muncul di ketiak pelepah,
mekar selama 1-3 hari. Ketika masih muda diselubungi seludang yang
berbentuk perahu. Simetri radial, mempunyai tiga daun kelopak dan
tiga daun mahkota, kadangkadang struktur kelopak dan mahkota tidak
dapat dibedakan. Kuntum bunga dibedakan menjadi kuntum besar dan
kecil. Keduanya bersatu dalam satu dasar bunga yang memiliki satu
putik dengan satu bakal biji. Bunga
jantan,
terdiri dari stamen tanpa putik, banyak, rapat, panjang, tersusun
seperti genteng, simetri radial. Bunga mempunyai mahkota dan mata
tunas bunga kecil-kecil yang rapat, satu kelompok terdiri dari 4-14
malai. Satu malai terdiri dari ribuan serbuk sari. Panjang seluruh
bunga sekitar 15-35 cm, sedang panjang malai 7-15 cm. Bunga
betina hanya
menghasilkan putik, berbentuk agak bulat. Mempunyai mahkota dan mata
tunas dengan satu putik dan bakal biji yang tersusun dalam kuntum.
Satu kelompok terdiri dari 1-3 malai, setiap malai mengandung 10-20
bakal buah. Panjang bunga seluruhnya 20-30 cm, panjang malai 7-10 cm.
Warna hijau kekuningan lalu merah dan sebelum mekar sempurna bunga
sudah berwarna kehitaman. Selain bunga jantan dan betina terdapat
pula bunga hermaprodit (Wahyuningdari,2000; Steenis, 1975; Backer dan
Bakhuizen v.d. Brink, 1968).
Akar serabut,
menjalar datar di bawah tanah. Daerah perakaran tidak luas, dangkal
dan mudah rusak jika kekeringan atau kelebihan air. Perkembangan akar
sangat dipengaruhi oleh cara pengolahan tanah, pemupukan, tekstur
tanah, sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, air tanah dan lain-lain.
Untuk menjaga akar tetap tumbuh, maka perlu diadakan penimbunan dan
setelah muncul akar-akar muda, akar yang tua dipotong (Tjahjadi,
1995; Santoso, 1990).
Buah umumnya
berbentuk segitiga, bulat telur terbalik, bulat atau lonjong dengan
ujung runcing, terangkai rapat dalam tandan buah di ketiak pelepah
daun. Kulit buah tersusun seperti sisik-sisik/genteng berwarna
cokelat kekuningan sampai kehitaman. Daging buah tidak berserat,
warna dan rasa tergantung varietasnya. Dalam satu buah terdapat 1-3
biji. Biji keras, berbentuk dua sisi, sisi dalam datardan sisi luar
cembung (Wahyuningdari, 2000; Steenis, 1975).
- Penyebaran dan Habitat
Tanaman salak
(Salacca
zalacca (Gaert.)
Voss.) diduga berasal dari Pulau Jawa dan sudah dibudidayakan sejak
ratusan tahun silam. Pada masa penjajahan, tanaman ini dibawa ke
pulau-pulau lain dan akhirnya tersebar luas sampai ke Filipina,
Malaysia, Brunei dan Thailand (Nazarudin dan Kristiawati, 1997).
Daerah sebarannya
yang luas menyebabkan banyak ragam varietas salak. Keragaman ini
semakin meningkat sejalan dengan penggunaan biji sebagai sarana
pembiakan. Varietas salak umumnya dikenal berdasarkan daerah
tumbuhnya. Salak pondoh dan salak bali merupakan varietas yang
memiliki nilai komersial tinggi (Kusumo dkk., 1995).
Tanaman salak
memerlukan curah hujan rata-rata 200-400 mm per bulan. Tanaman ini
tidak menyukai penyinaran penuh, intensitas sinar yang dibutuhkan
berkisar 50-70%, sehingga perlu tumbuhan penaung. Salak tumbuh dengan
baik pada tempat beriklim basah dengan pH sekitar 6,5, berupa tanah
pasir atau lempung yang kaya bahan organik, dapat menyimpan air dan
tidak tergenang, karena sistem perakarannya dangkal
(Wahyuningdari,2000 ; Santoso, 1990). Temperatur optimal 20-30oC,
apabila kurang dari 20oC perbungaan akan lambat, bila terlalu tinggi
akan menyebabkan buah dan biji membusuk (Santoso, 1990). Salak tumbuh
baik dari dataran rendah sampai ketinggian sekitar 700 m dpl dan
dapat berbuah sepanjang tahun, khususnya pada bulan Oktober dan
Januari (Sastroprodjo, 1980).
- Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
- Tata Nama
Taksonomi kelapa
sawit adalah sebagai berikut :
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas :
Angiopspermae
Sub kelas :
Monocotyledoneae
Ordo :
Spadiciflorae
Keluarga :
Palmaceae
Sub keluarga :
Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis
guineensis Jacq
( Lubis,1992).
- Deskripsi Botanis
Kelapa sawit
termasuk tanaman monokotil. Batangnya lurus, tidak bercabang dan
tidak mempunyai kambium tingginya dapat mencapai 15-20 m (Lubis,
1992). Tanaman ini berumah satu atau monoecious, bunga jantan dan
bunga betina berada pada satu pohon. Bagian vegetatif terdiri atas
akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatifnya yakni bunga dan
buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Calon akar muncul
dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut radikula,
panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan sampai 6 bulan
(Lubis, 1992). Akar primer yang tumbuh dari pangkal batang (bole)
ribuan jumlahnya, diameternya berkisar antara 8 dan 10 mm. panjangnya
dapat mencapai 18 cm. Akar sekunder tumbuh dari akar primer,
diameternya 2-4 mm. Dari akar sekunder tumbuh akar tersier
berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm (Lubis,
1992).
Batang membengkak
pada pangkal (bole), bongkol ini dapat memperkokoh posisi pohon pada
tanah agar dapat berdiri tegak (Sastrosayono, 2008). Dalam satu
sampai dua tahun pertama pertumbuhan batang lebih mengarah kesamping,
diameter batang dapat mencapai 60 cm. setelah itu perkembangan ke
atas dapat mencapai 10 – 11 m dengan diameter 40 cm. Menurut Lubis
(1992) pertumbuhan meninggi ini berbeda - beda untuk setiap varietas.
Daun pertama yang
tumbuh pada stadium benih berbentuk lanset (lanceolate),
kemudian muncul bifurcate
dan
setelah dewasa berbentuk menyirip (pinnate)
( Lubis, 1992). Pada tanaman dewasa dapat menghasilkan 40-60 daun
dengan laju dua daun /bulan dan satu helai daun hidup fungsional dua
tahun. Panjang daun bisa mencapai 5-7 m terdiri dari : satu tulang
daun (rachis),
100-160 pasang anak daun linear, dan satu tangkai daun (petiole)
yang berduri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Tanaman kelapa sawit
mulai berbunga pada umur 12-14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk di
panen pada umur 2,5 tahun (Lubis, 1992). Bunga kelapa sawit merupakan
monoecious,
bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon. Satu inflor dibentuk
dari ketiak setiap daun setelah diferensiasi dari pucuk batang. Jenis
kelamin jantan atau betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi dan
selang 24 bulan baru inflor bunga berkembang sempurna. Bunga-bunga
betina dalam satu inflor membuka dalam tiga hari dan siap dibuahi
selama 3-4 hari. sedangkan bungabunga yang berasal dari inflor jantan
melepaskan serbuk sarinya dalam lima hari. Penyerbukan yang umum
terjadi biasanya penyerbukan silang namun kadang juga sendiri
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Buah kelapa sawit
adalah buah batu yang sessile (sessile
drup),
menempel dan menggerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat
mencapai 1600, berbentuk lonjong membulat. Panjang buah 2-3 cm,
beratnya 30 gram. Bagian – bagian buah terdiri atas eksokarp atau
kulit buah dan mesokrap atau sabut dan biji. Eksokarp dan mesokarp
disebut perikarp. Biji terdiri atas endocarp atau cangkang, dan inti
atau kernel. Sedangkan inti tersebut terdiri dari endosperma dan
embrio (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Biji merupakan
bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan sering disebut
noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe tanaman
(Lubis, 1992). Biji kelapa sawit terdiri atas cangkang, embryo dan
inti atau endosperm. Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1,2 mm
berbentuk silinderis seperti peluru dan memiliki dua bagian utama.
Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain agak
berwarna kuning. Endosperm merupakan cadangan makanan bagi
pertumbuhan embryo. Pada perkecambahan embrio berkembang dan akan
keluar melalui lubang cangkang (germpore).
Bagian pertama yang muncul adalah radikula (akar) dan menyusul
plumula (batang) (Lubis, 1992).
- Penyebaran dan Habitat
Kelapa sawit adalah
tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili
Palmae.
Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang
berasal dari Amerika. Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis
giuneensis jacq.)
secara pasti belum bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini
berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika (Guenia).
Spesies Elaeis
melanococca atau
Elaeis
oleivera diduga
berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis
guineensis berasal
dari Afrika (Guenia). Brazil dipercaya sebagai tempat di mana pertama
kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar
ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan.
Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1848 berasal
dari Mauritus dan Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian
ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli
Sumatera Utara (Lubis, 1992). Perkebunan kelapa sawit pertama
dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schad (Jerman) pada
tahun 1911.
LAPORAN HASIL OBSERVASI LINGKUNGAN ANALISIS PERAN HUTAN KOTA MALABAR SEBAGAI PENGHASIL OKSIGEN KOTA MALANG (Bagian 2)
Reviewed by Mo Ilmi
on
November 13, 2015
Rating:
No comments: